Sejarah
Salah satu dari candi
penjuru di Candi Sewu
Berdasarkan prasasti yang berangka tahun 792 dan ditemukan pada tahun
1960, nama asli bangunan ini adalah “Manjus’ri grha” (Rumah Manjusri).
Manjusri adalah salah satu
Boddhisatwa dalam ajaran buddha. Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke-8 masehi pada akhir masa pemerintahan
Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran (746 – 784) adalah raja yang termahsyur dari
kerajaan Mataram Kuno. Kompleks candi ini mungkin dipugar, diperluas, dan rampung pada masa pemerintahan
Rakai Pikatan, seorang pangeran dari
dinasti Sanjaya yang menikahi
Pramodhawardhani dari dinasti
Sailendra.
Setelah dinasti Sanjaya berkuasa rakyatnya tetap menganut agama
sebelumnya. Adanya candi Sewu yang bercorak buddha berdampingan dengan
candi Prambanan yang bercorak hindu menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu
di Jawa umat Hindu dan Buddha hidup secara harmonis dan adanya
toleransi beragama. Karena keagungan dan luasnya kompleks candi ini,
candi Sewu diduga merupakan Candi Buddha Kerajaan, sekaligus pusat
kegiatan agama buddha yang penting di masa lalu. Candi ini terletak di
lembah Prambanan yang membentang dari lereng selatan
gunung Merapi di utara hingga pegunungan Sewu di selatan, di sekitar perbatasan
Yogyakarta
dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di lembah ini tersebar
candi-candi dan situs purbakala yang berjarak hanya beberapa ratus meter
satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan kawasan
penting artinya dalam sektor keagamaan, politik, dan kehidupan urban
masyarakat Jawa kuna.
Candi ini rusak parah akibat gempa pada bulan Mei 2006 di Yogyakarta
dan Jawa Tengah bagian selatan. Kerusakan struktur bangunan sangat nyata
dan candi utama menderita kerusakan paling parah. Pecahan bebatuan
berserakan di atas tanah, retakan dan rekahan antar sambungan batu
terlihat. Untuk mencegah keruntuhan bangunan, kerangka besi dipasang di
keempat sudut bangunan untuk menunjang dan menahan tubuh candi utama.
Meskipun situs dibuka kembali untuk pengunjung beberapa pekan kemudian
setelah gempa pada tahun 2006, seluruh bagian candi utama tetap ditutup
dan tidak boleh dimasuki demi alasan keamanan
From:Internet